Kamis, 28 Agustus 2008

Selaksa cinta dari Halakoh Kubro

Subhanallah walhamdulillah....
Setelah dipersiapkan sekian pekan, akhirnya kegiatan akbar perdana FLP Jawa Tengah bisa terlaksana, Sabtu-Minggu (23-24 Agustus 2008). Meski tidak semua FLP cabang mengirimkan wakilnya, gelaran Halakah Akbar itu terbilang cukup sukses.
Berikut ini laporannya........

Setelah peserta berkumpul di Rumah Karya Indiva, Jalan Apel II nomor 30 Solo, diadakan sesi perkenalan. Selanjutnya, seorang pakar sastra dari FSSR UNS, Dwi Susanto, mulai membagi ilmunya tentang sastra. Ia menyampaikan makalah cukup panjang berjudul, "Forum Lingkar Pena, Komunitas Berbasis (ideologi) Keislaman?" Kebetulan saat itu saya tidak bisa ikut forum. So, saya hanya bisa menyampaikan isi makalah yang saya minta dari Furqon.
Intinya, setelah memaparkan panjang lebar tentang komunitas seni atau sastra tempo dulu, ia lantas mengupas sedikit sejarah berdirinya FLP, dosen ini juga memberikan beberapa kritik terhadap FLP. Diantaranya penilaian beliau bahwa karya-karya anggota FLP yang pada umumnya memiliki bentuk formal yang setipe ataupun serupa, tema yang sama dan masalah yang ujung-ujungnya sama. Meskipun menggunakan teknik cerita yang berbeda, kesamaan motif dan tata naratif memiliki kecenderungan yang seragam. Menurut para pengamat sastra, karya-karya FLP pada umumnya menampilkan sifat keislaman yang terlalu mencolok....
Benarkah penilaian itu??? Sastrawan FLP lah yang harus menjawabnya dengan karya nyata.....

Malam harinya usai Salat Isya berjamaah, seharusnya adalah sesi Izzatul Jannah yang bertugas memberikan spirit tentang kepenulisan. Tapi karena beliau berhalangan, akhirnya Mba Mutaqwiyati ditodong menjadi penggantinya. Satu hal yang selalu saya ingat dari pernyataan beliau bahwa ketika membuat karya, seorang penulis harus menulisnya dari hati sehingga karya yang dihasilkan juga memiliki ruh tersendiri......

Setelah itu, acara dilanjutkan sharing tentang apa yang terjadi pada FLP cabang. Ternyata temen-temen cabang memang membutuhkan spirit baru. Kata Mba Titaq, FLP Brebes sedang mati suri padahal Mba Yeni berharap FLP cabang bisa menjadi pionir FLP bagian Pantura. Mba Yosi dari Pekalongan bilang, FLP Pekalongan selama ini lebih dekat ke pusat dan ada sekitar 8 orang yang aktif. Kata Maria, FLP Semarang sedang dirundung duka karena ada sedikit beban yang belum menemukan jalan keluarnya. Kalau FLP Purwodadi, kata Bang Eddy masih menunggu kader mutasi, tapi mereka mentargetkan sebelum 2009, kepengurusan sudah terbentuk. FLP Sukoharjo yang dipandegani Ranu Muda harus sedikit bersabar karena baru mau dibentuk, Sementara FLP Banjarnegara menurut De Devvi sedang beku. Kata Fros, FLP Purwokerto ibarat bayi mungil yang mulai belajar jalan, selama ini kegiatan baru sebatas diskusi.
Dan yang pasti FLP Solo yang diketuai (calon) artis, MN Furqon, kondisinya relatif lebih baik daripada FLP cabang lainnya. Maklum saja, FLP Solo adalah gudang penulis bertalenta. Jadi relatif mudah bagi mereka untuk menggerakkkan roda organisasinya. Kata Furqon, FLP Solo baru saja mengadakan Pelat Pulpen (Pelatihan Kepenulisan Lingkar Pena) I. Kegiatan ini diikuti para calon penulis...sekaligus sebagai persiapan menjelang digelarnya Munas FLP 2009 di solo.

Satu hal yang patut ditiru FLP cabang lainnya dari FLP Solo yakni model penggalian dana yang mereka lakukan. Kata Ranu dan Furqon, FLP Solo selama ini menjalin kerjasama dengan beberapa sekolah untuk ngadain bimbingan kepenulisan. Ada FLP kids dan FLP teen. Lumayan lho hasilnya...sampai-sampai pengurus tidak perlu mengeluarkan sejumlah uang ketika mereka pergi ke Jakarta untuk mengikuti Silnas. Tentang hal ini Mba Yeni berkomentar, kalau memang bisa profesional, tak ada salahnya menerima imbalan dari bimbingan yang dilakukan. Toh uangnya buat hal yang bermanfaat juga....Hayo, FLP mana yang mau meniru....kemarin sih Mba Titaq langsung tertarik...

Pagi harinya, acara koordinasi FLP Jateng dan cabang terus berlanjut....dari hasil diskusi panjang...disepakati beberapa hal:
  • FLP cabang harus segera menyelenggarakan Pelat Pulpen I untuk merekrut kader FLP baru, usahakan FLP cabang punya rumah baca yang sekaligus sebagai sekretariat FLP
  • FLP Jateng harus segera membuat pola kaderisasi secara rinci
  • Iuran anggota FLP digiatkan lagi dengan besaran Rp 3000/orang. Pembagiannya, 50% masuk ke cabang, 30% masuk wilayah dan 20% masuk pusat
  • Sekjen FLP Jateng, Mba Rian minta bantuan temen-temen cabang untuk mendata anggotanya yang telah menjadi anggota muda/lulus Pelat Pulpen I untuk pengadaan KTA, kegiatan dan karya FLP cabang dikirimkan ke FLP Jateng
  • Humas FLP jateng, Eni berharap temen-temen cabang rajin membuka blog FLP Jetang. Insya Allah blog akan menjadi sarana komunikasi dan infromasi antara wilayah dan cabang. Jika FLP cabang punya kegiatan tertentu, diminta segera mengirimkan ke email wid_keyza@yahoo.com.

Karena tahun 2009 FLP Jateng dapet amanah sebagai penyelenggara Munas FLP, kemarin gelaran halakah Akbar ditutup dengan pembantukan panitia inti Munas FLP
Susunan pengurusnya sbb:
    • Ketua: Afifah Afra
      • Sekretaris: Aries Adenata, Iffah Norr Chasanah
      • Bendahara: Riannawati
      • Sie Acara: MN Furqon
      • Sie Dana: Ranu Muda, Reza Pahlevi
      • Sie Humas: Eni Widi, Fahrur Rozie
Alhamdulillah sekitar jam 12 siang, seluruh rangkian acara berakhir. Setelah makan siang bersama, beberapa peserta pulang ke daerah masing-masing. Tapi ada juga yang masih kuat jalan-jalan ke Gramedia...

1 komentar:

  1. Hm... ingat halaqah kubra, rasanya pengin lagi. Asyik juga sih, kalau tidak di Solo lagi, tapi di Blora, Semarang atau yang lain, biar bisa sekalian silaturahim. Yang perlu dicatat, segera usahakan agar agenda-agenda yang disepakati di halaqah kubro tersebut terealisasi. Think big, small start, act now!!!

    BalasHapus